Khutbah Id: “Menggapai Kebahagiaan dengan Keikhlasan yang Sempurna” oleh Ghoffar Ismail, S.Ag., M.A.
Menggapai Kebahagiaan dengan Keihlasan yang Sempurna
oleh:
Ghoffar Ismail, S.Ag., M.A.
(Ketua Divisi Kaderisasi dan Organisasi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
الْحَمْدُ للهِ غَافِرِ الذُّنُوْبِ، وَكَاشِفِ الْكُرُوْبِ، وَسَاتِرِ الْعُيُوْبِ، وَقَابِلِ التَّوْبِ، أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَاَشْهَدُ أنْ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً عَدَدَ مَا خَلَقَ اللهُ، تُنْجِي قَائِلَهَا مِنْ كُلِّ مَرْهُوْبْ، وَتُنِيْلُهُ بِهَا كُلَّ مَحْبُوْبٍ وَمَرْغُوْبْ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا وَتَعْظِيْمًا أَبَدًا دَائِماً .أما بعد: أوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَاللهِ وَطَاعَتِهِ وَتمَسَّكُوْا بِدِيْنِهِ وَشَرِيْعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى في كتابه الكريم: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Pagi ini kita ungkapkan syukur kepada Allah atas karunia nikmat yang tidak terhingga, dan syukur kita hari ini menjadi sangat bermakna karena setelah sebulan penuh kita laksanakan puasa Ramadhan, satu dari lima pilar agama Islam. Maka dengan mengumandangkan takbir (Allahu Akbar, hanya Allah Yang Maha Besar), tahlil (laa ilaaha illallah, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), tahmid (alhamdulillah, segala puji milik Allah). Kita syukuri semua nikmat itu dan terus berharap agar Allah tambahkan lagi nikmat kepada kita semua, agar dapat hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan untuk Rasulullah saw, beserta keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Kumandang takbir Idul fitri kali ini semoga semakin menegaskan dan menyegarkan kesadaran kita sebagai manusia makhluk ciptaan Allah. Makhluk yang telah Allah berikan berbagai macam kelebihan, keunggulan, dan kemuliaan sekaligus keterbatasan-keterbatasan. Oleh karena itu untuk memantapkan rasa syukur kita, kita harus mampu memahami makna fitrah kelahiran kita, fitrah kelahiran setiap insan di dunia,
Hari ini hari yang membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan bulan haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul-Fithri. Dengan hati gembira, penuh suka cita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari Allah swt. Anugerah besar, berupa keberhasilan melaksanakan puasa saat siang hari bulan Ramadhan dan shalat pada malam harinya. Dan kini, saat berbahagia itu datang. Seluruh kaum Muslimin mengagungkan Allah swt, berdzikir memuji-Nya, dan membuktikan rasa cinta dan rasa syukurnya kepada Allah yang bergelora dalam dadanya. Mereka pun memohon kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepada mereka beramal, agar Allah berkenan menerima amalan yang telah mereka perbuat, dan berharap agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang beruntung dan mendapat kemenangan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Banyak manusia meyakini bahwa kesuksesan dan kemenangan itu bisa kita raih apabila kita dapat mencapai apa yang kita inginkan dan kita harapkan. Sedangkan ukurannya adalah fisik materiil yang bisa kita lihat secara nyata saat ini dan di sini. Seringkali ukuran yang digunakan untuk menggambarkan sukses adalah apabila rumahnya megah, kendaraannya mewah, profesi basah, harta berlimpah, sehingga tubuhnya terlihat gagah dan indah. Padahal banyak kita saksikan manusia merintih di dalam gedung yang megah, menangis sedih di atas kendaraan mewah, menderita meski memiliki profesi basah dan harta berlimpah, murung dan merasa hidup tidak berarti padahal tubunya gagah dan indah.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Ternyata manusia memerlukan kebahagiaan yang tidak bisa hanya dipenuhi melalui kemenangan yang bersifat fisik dan materi. Mereka memerlukan kebahagiaan hati, kepuasan ruhani, makna diri dan keberhasilan yang bersumber dari kesucian hati nurani. Al hamdulillah, pada hari ini kita diberikan oleh Allah kebahagiaan itu, kita menjadi fitri, suci dan selalu dalam ridla ilahi.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Bagaimana kita bisa senantiasa mendapatkan semua itu; jiwa yang fitri, hati yang suci dan senantiasa dalam ridla ilahi. Kuncinya adalah ikhlas kepada Allah dalam setiap langkah hidup kita, ikhlas menerima takdir yang menimpa kita, ikhlas dalam setiap berhubungan dengan Allah dan ikhlas dalam muamalah bersama sesama manusia. Dzun Nun al-Mishri berkata:
«اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ مَوْتَى إِلاَّ الْعُلَمَاءُ، وَالْعُلَمَاءُ كُلُّهُمْ نِيَامٌ إِلاَّ الْعَامِلُوْنَ، وَالْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ يَغْتَرُوْنَ إِلاَّ الْمُخْلِصِيْنَ، وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلَى خَطَرٍ عَظِيْمٍ» شعب الإيمان للبيهقي
(ج 14 / ص 398)
Semua manusia itu mati (tidak berarti) kecuali para ulama, semua ulama tidur kecuali yang mengamalkan ilmunya, semua yang berilmu akan tertipu kecuali orang yang ikhlas, dan orang yang ikhlas pun berada dalam godaan besar”.
Ikhlas dalam segala hal ini adalah sumber kesuksesan dan kebahagiaan sejati, dan tidak akan bisa kita raih, kecuali karena hati yang bersih. Keihlasan dan hati yang bersih inilah yang akan kita jadikan bekal terbaik ketika menghadap Allah swt, ketika harta dan keturunan kita yang kita bangga-banggakan di dunia sama sekali tidak membantu kita. Firman Allah:
(وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89
[الشعراء/87-89]
Ya Allah, janganlah Engkau membuat ku sedih dan hina ketika hari (manusia) dibangkitkan, hari yang tidak berguna harta maupun anak keturunan, kecuali orang yang menghadapmu dengan hati yang bersih.
Kaum muslimin rahimakumullah
Ada empat hal yang harus senantiasa kita lakukan agar hati kita selalu bersih dan dipenuhi dengan keikhlasan kepada Allah swt.
- Menjauhi perbuatan syirik kepada Allah swt. di dalamnya termasuk perbuatan kufur nifaq, fusuq, riya’ dan sum’ah.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
[النساء/48]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni dosa selainnya bagi orang yang dikehendaki. Barang siapa berbuat syirik kepada Allah maka sungguh dia telah melakukan dosa yang besar.
- Selalu berprasangka baik (husnudlan) kepada Allah dan menerima semua rizkiNya, karuniaNya, musibah, bencana dengan lapang dada, syukur dan sabar.
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً » صحيح البخارى
(ج 24 / ص 246)
Allah swt berfirman: Saya sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya bila ia mengingatKu. Maka bila dia mengingatKu maka Aku mengingatnya, bila ia menyebutKu dalam suatu kesempatan, maka Aku akan menyebutnya dalam kesempatan yang lebih baik. Bila dia mendekat kepada-Ku satu depa, maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Dan bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu jengkal. Apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari”. (HR. al-Bukhari)
- Mahabah ilallah (kecintaan kepada Allah) melebihi kecintaan kita terhadap dunia dan isinya, seperti harta, tahta, keluarga dan semuanya selain Allah.
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
[التوبة/24]
Katakanlah: Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri/suamimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
- Ikhlas dalam berbuat baik kepada sesama manusia, dengan menjauhi iri, dengki, bakhil, ujub. Sabda Rasulullah saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – عَنْ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: “مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِما سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ [رقم:2699] بهذا اللفظ
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata, Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa yang membebaskan orang mukmin dari kesempitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari kesempitan di hari Kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim)
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، واتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مـَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حملَهُمْ على أَنْ سفَكَوا دِماءَهُمْ واسْتَحلُّوا مَحارِمَهُمْ» رواه مسلم
Takutlah kamu terhadap kedhaliman, karena sesugguhnya kedhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Dan takutlah kalian terhadap sifat bakhil, karena bakhil itu telah menghancurkan umat sebelum kalian, mereka menumpahkan darah sesama mereka dan menghalalkan yang haram dari mereka. (HR. Muslim)
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd
Marilah kita akhiri khutbah ini dengan berdoa kepada Allah swt, agar Allah senantiasa membimbing kita untuk senantiasa ikhlas dan memiliki hati yang bersih.