FatwaProduk

FATWA NO. 1/WM/MTT/I/2010 Tentang Gerhana

Pertanyaan:

Kepada Yth. Pengasuh Tanya Jawab Suara Muhammadiyah. Assalaamu’alaikum Wb. Wb. Semoga kita semua selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. Amin.

Kami mohon pencerahan dalam dua masalah.

  1. Pada tanggal 22 Juli 2009 pada Penanggalan PP Muhammadiyah diberitakan ada gerhana matahari total dimulai jam 07:51 dan diakhiri jam 12:12 WIB. Pada tanggal 22 Juli 2009 Surat Kabar Jawa Pos juga memberitakan pada hari ini terjadi gerhana matahari total yang bisa dilihat dengan jelas di daratan Tiongkok dan India. Pada tanggal 22 Juli 2009 di Kediri gerhana tersebut tidak bisa dilihat, dan kita tahu kalau pada hari itu ada gerhana hanya dari dua sumber pemberitaan tersebut. Akhirnya muncul dua kelompok :
    a. Tidak sholat gerhana, dengan alasan karena tidak bisa melihat gerhana.
    b. Sholat gerhana, dengan alasan walau tidak bisa melihat gerhana secara langsung, tapi kita mengerti dan tahu dari dua pemberitaan tersebut dan sebagai rujukannya perintah sholat “sholatlah kamu seperti kamu melihat aku (Nabi) sholat,” dan kita bisa melihat Nabi sholat juga hanya dengan berita yang ditulis oleh para perawi hadis.
  2. Jadwal waktu sholat yang dicamtumkan pada Penanggalan PP Muhammadiyah, khususnya sholat Subuh ada sebagaian orang yang ragu akan kebenarannya, dengan alasan karena pada jam tersebut fajar belum tampak, dan waktu untuk sholat Subuh dan waktu untuk memulai berpuasa adalah apabila fajar telah tampak (Al-Baqarah 187).

Demikian dua permasalahan yang kami ajukan, dan mohon pencerahan dari Bapak. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih serta iringan doa ”Jazakumullahu khoiron kastiron”. Wassalaamu ‘alaikum wr. wb. Kediri, 20 Ramadan 1430 H / 10 September 2009 M. Muchsin.

Jawaban:

Terima kasih buat Pak Muchsin di Kediri. Bicara tentang informasi gerhana, masalahnya sebenarnya tidak terlalu rumit. Hal itu bisa ditanyakan langsung lewat telepon ke Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, khususnya kepada Devisi Hisab. Selain itu, informasi tersebut bisa dicari di internet dan akan ditemukan banyak sekali, termasuk di situs Muhammadiyah sendiri. Untuk dua gerhana Juli 2009 (gerhana matahari dan gerhana Bulan) yang Bapak tanyakan, misalnya, ada penjelasan fikih gerhana di situs Muhammadiyah. Penjelasan itu masih tetap penting untuk dibaca sekarang, meskipun gerhana Juli 2009 sudah lewat, karena dalam penjelasan tersebut dikemukakan sisi-sisi fikih dari gerhana serta ada uraian populer tentang pengetahuan mengenai gerhana secara umum. Jadi masih tetap perlu dibaca. Untuk melihatnya bisa buka situs Muhammadiyah dengan mengetik <muhammadiyah.or.id> atau <muhammadiyah online> pada mesin pencari Google di internet, kemudian klik Telusuri. Nanti akan muncul Muhammadiyah Online­ – Selamat datang. Setelah itu lihat di bawahnya dan klik Tarjih. Perhatikan, klik Tarjih, bukan Fatwa Tarjih. Lalu setelah itu di bawah Rubrikasi, klik Ilmu Falak. Nanti akan tampil beberapa tulisan. Pilih dan klik Penjelasan Fikih Gerhana: Kasus Dua Gerhana Juli. Selanjutnya baca ringkasan artikelnya, dan ikuti petunjuk selanjutnya. Atau kalau mau cepat dan langsung, artikel tersebut dapat dilihat melalui alamat berikut:

http://muhammadiyah.or.id/downloads/Dua_gerhana_di_bulan_Juli.pdf

Selain membaca artikel itu, fikih gerhana juga bisa dibaca secara lebih lengkap dalam edisi ke-2 buku Pedoman Hisab Muhammadiyah (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tarjih, 2009), Bab V.

Berhubung gerhana Juli 2009 telah lewat, maka berikut ini kami akan berikan penjelasan singkat tentang gerhana yang akan terjadi pada hari Jumat 15 Januari 2010.

Gerhana Tahun 2010

Pada tahun 2010 ini akan terjadi empat kali gerhana di bumi: dua kali gerhana matahari dan dua kali gerhana bulan. Dua kali gerhana matahari dimaksud adalah, pertama, gerhana pada hari Jumat tanggal 15 Januari 2010, dan, kedua, gerhana matahari pada hari Jumat juga tanggal 11 Juni 2010. Sedangkan dua gerhana bulan adalah, pertama, gerhana Bulan pada hari Sabtu tanggal 26 Juni 2010, dan kedua gerhana Bulan pada hari Selasa tanggal 21 Desember 2010.

Gerhana terjadi saat konjungsi (ijtimak), yaitu ketika matahari, Bulan, dan bumi berada pada satu garis kurang lebih lurus di mana Bulan berada di tengah-tengah, sehingga Bulan menutupi sinar matahari ke arah Bumi. Tetapi tidak setiap konjungsi terjadi gerhana, karena tidak pada setiap konjungsi (ijtimak), Bulan berada persis pada garis lurus antara matahari dan bumi. Gerhana terjadi saat konjungsi (ijtimak) apabila Bulan berada persis pada garis lurus antara titik pusat kedua benda langit itu. Pada gerhana Jumat 15 Januari 2010 yang akan datang titik pusat Bulan berada pada garis lurus antara titik pusat matahari dan titik pusat bumi sehingga terjadi gerhana. Peristiwa tersebut merupakan gerhana saat konjungsi menjelang penutupan bulan Muharam dan menjelang datangnya bulan Safar 1431 H. Konjungsi jelang Safar 1431 H yang akan datang terjadi pada hari Jumat 15 Januari 2010 pukul 14:12:40 WIB.

Gerhana Jumat 15-01-2010 tersebut merupakan gerhana anular (gerhana cincin). Gerhana cincin terjadi saat Bulan berada jauh dari bumi sehingga piringannya terlihat kecil dan tidak dapat menutupi seluruh piringan matahari. Piringan matahari yang tertutup oleh piringan Bulan hanya bagian tengahnya saja, sehingga bagian pinggir matahari tidak tertutup. Oleh karena itu piringan matahari akan terlihat dari muka bumi seperti lingkaran cincin yang bercahaya. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa dalam kasus gerhana cincin, bayangan pekat (umbra) Bulan yang ditimbulkan oleh sinar matahari tidak sampai ke muka bumi lantaran Bulan jauh dari bumi. Yang mengenai muka bumi adalah bayangan antumbra Bulan, yaitu bayangan semu Bulan yang terletak di ujung bayangan pekat. Bagian muka bumi yang terkena antumbra akan mengalami gerhana cincin. Sedangkan bagian muka bumi yang terkena bayangan penumbra (bayangan semu di luar bayangan umbra dan di luar bayangan antumbra) akan mengalami gerhana matahari sebagian (gerhana parsial/penumbral). Kita di kawasan barat Indonesia pada 15 Januari 2010 akan mengalami gerhana parsial (sebagian), yang berarti di kawasan itu piringan matahari hanya akan tertutup sebagian saja oleh piringan Bulan, sedang sebagian lagi tetap bersinar ke kawasan itu. Oleh karenanya dalam gerhana parsial tidak akan begitu dirasakan adanya gerhana. Bahkan karena kita berada dipinggir bayangan penumbra, maka tidak akan dirasakan sama sekali ada gerhana kalau dilihat dengan mata biasa.

Ragaan 1: Visualisasi Gerhana Matahari Cincin

Ragaan 1

Sumber Gambar: Gambar dikutip dari Imam Suhardiman, Atlas Indonesia dan Dunia Dilengkapi dengan Indeks (Ttp: CV Indo Prima Sarana, 2005), h. ii, dengan penambahan penjelasan umbra, antumbra, dan penumbra.

Bayangan antumbra dari gerhana cincin Jumat 15 Januari 2010 akan mulai menyentuh muka bumi pada pukul 05:14 WU (Waktu Universal/GMT = pukul 12:14 WIB). Bayangan itu bermula dari bagian paling barat dari Republik Afrika Tengah dan terus bergerak ke arah timur dengan sedikit miring ke tenggara melalui Uganda, Kenya, bagian selatan Somalia, lalu menyeberangi Samudera India, kemudian di dekat kepulauan Seychelles membelok ke timur laut melalui Maladewa untuk kemudian menyentuh daratan Asia melewati bagian ujung selatan anak benua India dan bagian utara Sri Langka. Antumbra kemudian meneruskan perjalanannya ke arah timur laut melintasi Teluk Benggala dan Myanmar (Burma) untuk pada pukul 08:41 WU (15:41 WIB) garis tengah antumbra mencapai daratan Cina. Pada pukul 08:59 WU (15:59 WIB), sebelum mencapai ujung semenanjung Shandong di bagian timur Negeri Cina, antumbra meninggalkan muka bumi dan naik ke angkasa setelah melakukan perjalanan sepanjang kurang lebih 12.900 km dalam tempo 3 jam 45 menit [dikutip dari Fred Espanak, “Eclipse During 2010,” http://eclipse.gsfc.nasa.gov/ OH/OH2010.html]. Jadi bayangan antumbra tidak melewati Indonesia, sehingga Indonesia tidak mengalami gerhana cincin, melainkan mengalami gerhana parsial.

Jejak antumbra (dalam kasus gerhana cincin) dan jejak umbra (dalam kasus gerhana total) tidak pernah dapat meliputi seluruh muka bumi, karena Bulan terlalu kecil untuk dapat menutupi seluruh permukaan bumi dari sinar matahari. Keseluruhan jejak antumbra dari Afrika hingga Cina dengan panjang sekitar 12.900 km pada gerhana cincin 15-01-2010 hanya dapat menutupi 0,87 % dari keseluruhan permukaan bumi. Bagian paling lebar dari jejak antumbra gerhana 15-01-2010 adalah 333 km (hampir 3 kali lebar pulau Jawa). Tempat paling lama mengalami gerhana tersebut adalah tempat di tengah Samudera India, yaitu selama 11 menit 8 detik dan durasi yang sama lamanya dengan ini baru akan dialami 1000 tahun lebih lagi, yaitu tanggal 23 Desember 3034. Kota terlama mengalami durasi anular (lama fase gerhana) pada gerhana 15-01-2010 adalah ibukota Maladewa, Male (10 menit 15 detik) [dikutip dari Fred Espenak, “Eclipse During 2010,” http://eclipse.gsfc.nasa. gov/OH/OH2010.html].

Berbeda dengan jejak umbra atau antumbra, maka bayangan penumbra dapat meliputi bagian yang cukup luas dari muka bumi. Dengan kata lain bagian muka bumi yang mengalami gerhana penumbral (gerhana parsial/sebagian) jauh lebih luas dari bagian muka bumi yang mengalami gerhana anular (cincin) atau umbral (total). Untuk kasus gerhana Jumat 15 Januari 2010, kawasan muka bumi yang mengalami gerhana penumbral (sebagian/parsial) meliputi sebagian Eropa, Afrika, dan Asia, termasuk sebagian wilayah Indonesia. Di Indonesia kawasan yang mengalami gerhana parsial (penumbral) meliputi seluruh pulau Sumatera, seluruh pulau Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian Jawa Timur, serta sebagian Sulawesi. Lihat peta pada Ragaan 2 dan juga daftar kota provinsi dan beberapa kota lain yang mengalami gerhana 15 Januari 2010. Bagian kepulauan Indonesia selain yang disebutkan terdahulu tidak mengalami gerhana sama sekali.

Ragaan 2: Visualisasi Jejak Gerhana 15-01-2010 M (29 Muharam 1431 H)

ragaan 2

Sumber Gambar: Gambar dikutip dari Espenak dan Meeus, “Five Millennium Catalog of Solar Eclipses,” http://eclipse.gsfc.nasa.gov/ 5MCSEmap/2001-2100/2010-01-15.gif, akses tanggal 07-01-2010.

Muka bumi yang dilewati garis ganda berwarna merah pada Ragaan 2 adalah kawasan yang mengalami gerhana cincin, mulai dari Afrika Tengah dan berakhir di pantai timur Cina. Garis berwarna hijau menunjukkan kawasan muka bumi yang terkena gerhana sebagian. Tampak bahwa bayangan penumbra pada gerhana matahari 15-01-2010 meliputi hampir seluruh kawasan Afrika, Eropa dan Asia. Sementara itu wilayah Indonesia terbelah dua: kawasan sebelah barat garis hijau mengalami gerhana sebagian dan kawasan sebelah timurnya tidak mengalaminya.

Ragaan 3: Kawasan Jawa Timur yang Mengalami Gerhana

ragaan 3

Sumber Gambar: Peta pada Ragaan 3 dikutip dari Imam Suhardiman, Atlas Indonesia dan Dunia Dileng-kapi dengan Indeks (Ttp: CV Indo Prima Sarana, 2005), h. 22. Pembuatan garis gerhana didasarkan kepada web-based zoomable map of the 2010 annular eclipse path pada http://eclipse.gsfc.nasa. gov/SEgoogle/SEgoogle2001/SE2010Jan15Agoogle.html [diolah oleh: SA].

Peta di atas memperlihatkan bahwa sebagian kecil wilayah Jawa Timur (sebelah barat garis berwarna hitam) mengalami gerhana matahari parsial pada hari Jumat 15-01-2010, dan kawasan sebelah timur garis tersebut tidak mengalaminya. Tampak dalam peta bahwa kota-kota Magetan, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Tuban dan Sedayu mengalami gerhana matahari sebagian (penumbral) pada hari Jumat 15-01-2010. Sedangkan kota-kota Pacitan, Ponorogo, Babadan, Dolopo, Nganjuk, Kediri, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Gersik dan Lamongan serta kota-kota di sebelah timurnya tidak mengalami gerhana pada hari Jumat 15-01-2010.

Ragaan 4: Kawasan Sulawesi yang Mengalami Gerhana

ragaan 4

Sumber Gambar: Peta pada Ragaan 4 dikutip dari Imam Suhardiman, Atlas Indonesia dan Dunia Dileng-kapi dengan Indeks (Ttp: CV Indo Prima Sarana, 2005), h. 28. Pembuatan garis gerhana didasarkan kepada web-based zoomable map of the 2010 annular eclipse path pada http://eclipse.gsfc.nasa. gov/SEgoogle/SEgoogle2001/SE2010Jan15Agoogle.html [diolah oleh: SA].

Peta pada Ragaan 4 di atas memperlihatkan kawasan Sulawesi yang mengalami dan tidak mengalami gerhana parsial (sebagian) 15-01-2010. Daerah yang terletak sebelah kiri (barat) garis hitam mengalami gerhana parsial 15-01-2010. Termasuk ke dalamnya adalah kota-kota Mamuju, Palu, Poso, Ampana, Tolitoli, Gorontalo, dan Manado. Daerah sebelah kanan (barat) garis yang meliputi sebagian Sulawesi Barat, seluruh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dan sebagian Sulawesi Tengah tidak mengalami gerhana parsial 15-01-2010.

Pada Tabel 1 berikut dikemukakan saat terjadinya gerhana parsial (penumbral) pada seluruh ibukota provinsi dan beberapa kota lain di kawasan yang mengalami gerhana di Indonesia. Data koordinat berdasarkan kepada karya Bos JF Niermeyer dan JB Wolter, Atlas der Gehele Aard (Peta Seluruh Dunia) dan beberapa sumber di internet. Sedangkan untuk perhitungan gerhana digunakan Solar Eclipse Explorer dan bila diperlukan dikonfirmasi dengan web-based zoomable map of the 2010 annular eclipse path. Perlu dicatat bahwa, kecuali Yogyakarta, Sleman dan Surakarta, ketinggian kota di atas permukaan laut dihitung 0 (nol) meter, karena saat melakukan perhitungan tidak tersedia data tentang itu secara lengkap. Untuk kota-kota dipinggir pantai dan kota yang terletak di ketinggian hingga 500 meter hal itu tidak mempengaruhi hasil hitungan. Untuk kota yang terletak di kawasan lebih tinggi lagi akan terjadi sedikit selisih perhitungan, namun selisih itu tidak telalu besar, hanya dalam detik saja. Waktu yang dicantumkan dalam tabel adalah WIB untuk kota-kota di kawasan Waktu Indonesia Barat dan WITA untuk kota-kota di kawasan Waktu Indonesia Tengah.

Tabel 1: Waktu Gerhana pada Kota Provinsi dan Beberapa Kota Lain.

tabel 1

Beberapa Ketentuan Fikih

  1. Salat gerhana matahari dilakukan pada saat terjadinya gerhana termasuk gerhana sebagian berdasarkan (a) keumuman perintah salat gerhana, dan (b) bahwa semua gerhana yang dialami Nabi saw baik di Mekah maupun di Madinah adalah gerhana sebagian.
  2. Salat gerhana matahari hanya dilakukan oleh orang di kawasan yang sedang mengalami gerhana dan tidak dilakukan oleh orang yang berada di kawasan lain yang tidak berada dalam bayangan umbra/antumbra/penumbra (tidak mengalami gerhana).
  3. Apabila matahari tenggelam dalam keadaan gerhana, maka saat itu waktu salat gerhana berakhir bagi mereka yang mataharinya telah tenggelam meskipun matahari masih terus gerhana yang terlihat oleh orang di kawasan yang belum mengalami terbenam matahari.
  4. Apabila gerhana matahari terjadi pada waktu asar dan setelah salat asar dilaksanakan, maka salat sunat gerhana tetap dapat dilaksanakan karena larangan salat sunat sesudah asar itu bukanlah larangan mutlak (hatmi); oleh karena itu salat-salat yang mempunyai sabab syar’i tersendiri untuk mengerjakannya seperti salat gerhana karena terjadinya gerhana, salat jenazah karena adanya orang meninggal atau salat tahiyatul masjid karena masuk mesjid, maka tidak dilarang melakukannya [untuk butir 4 ini lihat buku Tanya Jawab Agama, cetakan ke-6 (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003), II: 72-75].

[Difatwakan di Yogyakarta pada tanggal 08 Januari 2010 M / 22 Muharam 1431 H].

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button