KULIAH PERDANA KADER TARJIH, PUSAT TARJIH TEKANKAN PENTINGNYA BAHASA ARAB
Yogyakarta – Sabtu, 25 November 2017, telah dilaksanakan perkulian perdana kuliah intensif yang diselenggarakan oleh Pusat Tarjih Muhammadiyah. Kelas perdana tersebut dihadiri sekitar lima puluh peserta yang memang berada pada kelas tingkat dasar berdasarkan hasil placement test yang dilakukan sebelumnya. Peserta yang terdiri dari kader Muhammadiyah dari berbagai macam ortom dan peserta umum, mulai hadir pada pukul 15.00 WIB dan memenuhi kelas yang bertempat di Pusat Tarjih lantai dasar Islamic Center, Kampus empat Universitas Ahmad Dahlan. Mata kuliah Bahasa Arab menjadi materi pertama yang diajarkan pada kelas perdana tersebut.
Pada pertemuan pertama tersebut, telah terlihat antusias dari para peserta dalam menyimak materi yang dibawakan oleh Fajar Ramadhani Lc. M.A., sebagai pemateri dengan tema “Urgensi Bahasa Arab dan Pengaruhnya pada Penetapan Hukum-hukum Syariah”. Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus mudir Ma’had Ali tersebut, di awal materi mengutip pernyataan Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Syamsul Anwar, M.A tentang empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Ulama Muhammadiyah, di mana salah satunya adalah menguasai Bahasa Arab dan cabang-cabang ilmunya. Hal itu didasarkan dari realita bahwa hampir seluruh sumber-sumber khazanah keislaman ditulis dengan bahasa arab. Dengan demikian bahasa arab menjadi kunci untuk mengakses khazanah tersebut.
Di samping itu, Fajar Ramadhani juga menyampaikan, setidaknya ada dua alasan yang menjadikan bahasa arab itu penting untuk diketahui, utamanya umat Islam. pertama karena bahasa arab merupakan bahasa agama dan syariat (lughah ad-din wa as-syariah). Pada poin ini Fajar Ramadhani mengutip pendapat Ibnu Taimiyah di dalam Majmu Fatawa, bahwa hakikatnya mengetahui urusan agama merupakan kewajiban setiap umat muslim. Sebab memahami al-Qur’an dan as-sunnah yang menjadi sumber agama Islam itu diperintahkan Allah. Sementara, tidak akan diketahui agama Islam, kecuali dengan memiliki kemampuan bahasa arab. Sehingga bahasa arab menjadi bagian yang perlu diketahui terlebih dahulu, untuk memahami agama. Berdasarkan kaidah ushuliyyah, “sesuatu yang dengannya tidak sempurna wajib, maka sesuatu itu menjadi wajib (malaa yatimmu wajib illa bihi, fahuwa wajibun)
Kedua, bahasa arab penting untuk diketahui karena merupakan bahasa peradaban dan kebudayaan (lughah al-hadarah wa at-Tsaqafah). Pada poin ini, Fajar Ramadhani menayangkan video tentang Universitas Hankuk, Korea Selatan, untuk menjadi bukti bahwa orang-orang non muslim juga menaruh perhatian kepada bahasa Arab. Di dalam tayangan tersebut, salah satu pengajar bahasa Arab di Universitas Hankuk mengatakan bahwa Bahasa Arab menjadi bahasa kedua yang diresmikan oleh Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Bahasa Arab juga menjadi ujian masuk di berbagai universitas yang ada di Korea Selatan. Besarnya perhatian dunia, bahkan di negara-negara yang menganut paham sekuler atau komunis harusnya membuat umat Islam menaruh perhatian lebih besar dari pihak luar tersebut. hal yang patut disayangkan bagi Fajar Ramadhani, bahwa hingga kini banyak mahasiswa masih minder untuk belajar bahasa arab, sebab dirasakan kalah prestisius dibanding belajar bahasa inggris, mandarin atau bahasa-bahasa lainnya.
Ketua Panitia Pelaksana Kuliah Intensif, Rahmadi Wibowo Lc. M.A., M.Hum menyatakan bahwa hingga enam kali pertemuan pertama, kelas akan diisi dengan materi bahasa arab. Lalu disusul dengan mata kuliah ulum al-Qur’an dan ulum al-hadis. Hal itu agar setiap peserta bisa menyimak satu materi secara mendalam terlebih dahulu, tanpa dibarengi dengan mata kuliah lainnya. Setiap mata kuliah akan diberikan modul pembelajaran dan dibagikan gratis kepada setiap peserta. Pihak pelaksana berharap para peserta tingkat dasar dapat bersungguh-sungguh mengikuti perkuliahan ini dan nantinya dapat mengikuti kelas lanjutan pada periode berikutnya agar visi kegiatan ini, yaitu mencetak kader yang berperan aktif untuk terlaksanannya tugas dan kegiatan Majelis Tarjih ke depan, bisa terwujud.