Menciptakan Keluarga yang Beriman dan Bertakwa kepada Allah SWT oleh Budi Jaya Putra, M.H.
Khutbah Shalat Iduladha 1443 H/2022 M
إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd
Jamaah sholat Idul Adha Rahimakulullah
Pada hari ini umat islam seluruh dunia tanpa terkecuali kita yang berada disini melaksanakan dan merayakan sebuah ibadah agung dan hari yang agung yaitu sholat Idul Adha. Idul Adha adalah sebuah hari raya dan ibadah yang disyariatkan pada tahun kedua hijrah sebagai bentuk menjalankan perintah Allah dan pembuktian keimanan kita serta menteladani apa yang telah dilakukan oleh keluarga Bapaknya para Nabi yaitu Nabi Ibrahim AS, Istrinya Siti Hajar dan anaknya Nabi Ismail AS.
Pada hari ini semua jamaah Haji berkumpul di Mina dan kita yang tidak berangkat haji berkumpul ditanah lapang untuk melaksanakan sholat Sunah Idul Adha sambil bertahlil, bertahmid dan bertasbih. Semoga yang sedang berhaji menjadi haji yang mabrur dan kita yang belum berhaji dimampukan dan disegerakan untuk melaksankan ibadah haji. Pada hari ini juga bagi yang mampu diperintahkan untuk berqurban dengan hewan qurban yang telah disyariatkan berupa unta, sapi maupun kambing dan sejenisnya. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalât karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” (QS.Al-kautsar (108): 2).
Dan bagi yang mampu dan dia tidak mau berqurban maka Rasulullah SAW memberikan ancaman keras sebagaimana yang termaktub didalam hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
المستدرك 4/258 ، الفتح الرباني 13/58 ، سنن ابن ماجه 2/1044 ، سنن البيهقي 9/ 260 ، سنن الدار قطني 4/276
Dari Abi Hurairah radhiyallâhu anhu, sesungguhnya Nabi shallallâhu alaihi wasallam berkata :“Barangsiapa yang memiliki kelapangan (harta) namun tidak mau berkurban, maka janganlah ia sekali-kali mendekati tempat sholat kami.” [Shahih Ibnu Majah (no. 2532).]
“Mendekati tempat shalât kami” oleh Imam asy-Syaukani di dalam as-Sailul Jarrar (IV:44-45) diartikan sebagai Tempat Shalât Idul Adha. Wajhul Istidlal (arah pengambilan dalil) dari hadis di atas adalah jelas menunjukkan akan pentingnya menyembelih Qurban bila keadaan memungkinkan.
Allaahu akbar Allaahu akbar, walillaahil hamd
Jamaah yang berbahagia
Keluarga Ibrahim adalah contoh Suri Tauladan yang baik dan bahkan sulit ditandingi, sebab mulai dari Ayah, Ibu dan Anak merupakan orang yang beriman dan bertakwa bahkan Nabi Muhammad SAW pun keturunan nabi Ibrahin AS dari jalur Nabi Ismail AS.
Coba kita lihat dan bandingkan keluarga yang ada disekitar kita atau bahkan keluarga kita sendiri. Ada keluarga yang seperti keluarga Firaun, Suaminya kafir sedangkan istrinya beriman. Ada juga yang seperti keluarga Nabi Luth AS, Suaminya beriman, istrinya kafir. Dan ada pula seperti keluarga Abu Lahab, Suami istri semuanya kafir dan menentang Allah. Di manakah posisi tipe keluarga kita????
Jamaah yang dirahmati oleh Allah SWT apa yang bisa kita ambil dari kisah keluarga Nabi Ibrahim AS?.
Adapun yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya adalah pentingnya menciptakan keluarga yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Pertanyaannya adalah bagaimana caranya bisa menciptakan keluarga yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan dengan mencontoh apa yang telah dilakukan keluarga Nabi Ibrahim AS.
Pertama, berawal dari fungsi suami atau ayah sebagai pemimpin keluarga.
Firman Allah SWT
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…´ [QS. An-Nisaa’: 34].
Sebagai suami selain menjadi pemimpin ia juga memiliki tanggung jawab yang besar yaitu menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka sebagaimana firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ َ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” [Q.S.at-Tahrîm:6]
Beban dan tanggungjawab yang diemban sebagai seorang suami menuntut suami memiliki ilmu pengetahuan yang sangat besar pula terutama ilmu agama dan rasa cinta yang besar pula kepada keluarga, karena dengan cinta hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah, serta dengan agama hidup menjadi terarah.
Tentunya kecintaan yang dimaksud adalah cinta kepada Allah SWT yang dapat membawa diri dan keluarganya ke surga. Sebagaimana kisah saat Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengasingkan istri dan anaknya kesebuah tempat yang tandus, padahal Nabi Ibrahim AS sangat mencintai anaknya tersebut yang telah lama menanti kelahirannya selama 80 tahun, namun karena cintanya kepada Allah SWT beliau kesampingkan cinta kepada istri dan anaknya.
Begitu pula seorang suami atau ayah hendaknya mendahulukan cintanya kepada Allah SWT dari pada keluarganya, sehingga dalam mendidik istri dan anaknya mendahulukan kepentingan Allah SWT daripada kepentingan istri dan anaknya yang terkadang melalaikan dirinya dari menjalankan syariat Allah SWT. Para suami atau ayah tidak peduli apa yang mereka lakukan demi mewujudkan kesenangan istri dan anaknya dikarenakan kecintaan yang melebihi dari cintanya kepada Allah SWT. Maka hendaknya seorang suami atau ayah melakukan dua hal yaitu :
Pertama, memperbanyak pengetahuhan ilmu agama agar hidup menjadi lebih mudah dan terarah mengingat kita memasuki zaman yang berbeda dimana kita pernah hidup serba sederhana tetapi berbeda dengan zaman sekarang yang serba cepat yang memenuhi segala kebutuhannya baik informasi maupun konsumsi.
Kedua, menjadi suri tauladan bagi istri dan anaknya karena memberi tauladan kepada satu orang lebih baik daripada menasehati seribu orang. Kenapa keluarga kita susah diatur dan dinasehati karena banyak diantara kita sebagai suami atau ayah hanya memberikan perintah atau nasehat tanpa memberikan tauladan kepada istri dan anaknya.
Allaahu akbar Allaahu akbar, walillaahil hamd
Jamaah Sholat Idul Adha yang berbahagia
Adapun yang kedua, tauladan dari kisah keluarga Nabi Ibrahim adalah istri yang sholehah.
Siti Hajar adalah contoh istri yang sholehah dimana ketaatannya kepada suami tidak diragukan lagi ketika Dia dan anaknya harus mengasingkan diri didaerah yang tandus tanpa seorangpun menemani dan tanpa pengetahun tentang daerah tersebut. Bahkan untuk mencari airpun beliau berlari-lari kecii sebanyak tujuh kali dari bukit Sofa ke Marwa, namun semua itu beliau terima dengan ikhlas sebagai bukti taat kepada Allah SWT dan kepada suami yaitu Nabi Ibrahim AS.
Firman Allah SWT:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa: 34)
Di dalam hadis disebutkan bahwa:
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Wahai para istri dan ibu, kalian adalah guru bagi anak-anaknya sehingga baik tidaknya seorang anak sebagian besar dipengaruhi oleh baik tidaknya seorang istri atau ibu. Begitu pula dengan suami, pepatah mengatakan dibelakang suami yang sukses ada istri yang hebat. Begitu juga sebaliknya jika ada suami dan anak yang rusak tidak lain dan tidak bukan ada peran istri dan ibu disana.
Wahai para istri dan Ibu engkau adalah tonggak kehidupan, engkau adalah guru dan engkau adalah malaikat bagi keluargamu, maka bantulah suami dan anakmu untuk mencapai surga bersamamu.
Allaahu akbar Allaahu akbar, walillaahil hamd
Jamaah Sholat Idul Adha yang berbahagia
Tauladan yang ketiga dari kisah keluarga Nabi Ibrahim AS ini, adalah betapa taatnya Nabi Ismail AS ketika rasa rindu yang mengelora kepada ayahnya sejak kecil namun harus pupus ketika sang ayah bercerita tentang mimpinya bahwa Dia diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya, namun tanpa diduga Nabi Ismail AS berkata:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102)
“Wahai Ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadamu, insyaalloh engkau mendapatiku termasuk orang yang sabar”. [QS. Ash-Shofat: 102]
Itulah contoh anak yang sholeh tanpa berpikir panjang dengan tenang menerima apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada ayahnya untuk dirinya. Pertanyaannya adalah kenapa Nabi Ismail AS bisa seperti itu?, tidak lain hasil dari didikan dan adanya suri tauladan dari kedua orang tuanya.
Lalu apa yang menjadi ciri anak sholeh itu?
Ingatkah kita pada sebuah lagu ditaman pendidikan Al-Quran (TPA) di masjid dan mushola sekitar kita dengan judul tepuk anak sholeh dari lagu tersebut kita dapati 4 ciri anak yang sholeh yaitu : Rajin sholat, rajin ngaji, orang tua dihormati dan cinta islam sampai mati.
Betapa bahagianya apabila kita memiliki anak yang mampu melakukan keempat hal tersebut, namun kesemuanya tidaklah mudah kita dapatkan jika kita tidak bisa menjadi ayah atau ibu yang sholeh dan sholehah juga, karena anak adalah cerminan kedua orang tuanya.
Demikian khutbah Idul Adha pada hari ini. Semoga kisah Ibrahim AS beserta keluarganya dan khutbah pada pagi hari ini bisa memberikan kepada kita semua motivasi untuk mempu menciptakan keluarga yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Marilah kita berdoa semoga Allah memberikan hidayah dan taufiknya kepada kita semua.
One Comment