MENGACUNGKAN TELUNJUK SAAT DUDUK DALAM SALAT
(Suara Muhammadiyah No. 20 tahun ke-86/2001)
Pertanyaan:
Mohon beri penjelasan mengenai berisyarat dengan telunjuk pada setiap duduk antara dua sujud (duduk iftirasy), seperti pada tasyahhud awwal dan akhir. Atas perhatian PP Majlis Tarjih saya ucapkan terima kasih.
Jawaban:
Beberapa hadis yang dikutip baik dari kitab Sahih Muslim ataupun Musnad Ahmad berkenaan denga mengacungkan jari telunjuk apakan juga dilakukan pada setiap duduk diantara dua sujud seperti halnya pada tasyahud awal dan akhir , hadis-hadis itu adalah:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا قَعَدَ فيْ الصَّلَاةِ جَعَلَ قِدَمَهُ الْيُسْرٰى بَيْنَ فَخِذِهِ وَ سَاقِهِ وَ فَرَشَ قِدَمَهُ الْيُمْنٰى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى رُكْبَتِيْهِ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَ أَشَارَ بِإِصْبَعِهِ.
Artinya: diriwayatkan dari Abdullah bin az-Zubair ia berkata: adalah Rasulallah saw jika duduk dalam shalat beliau meletakkan telapak kaki kirinya antara paha dan betisnya dan meletakkan telapak kaki kanannya di atas lantai sementara tangan kirinya diletakan di atas lutut kirinya dan tangan kanannya diletakan di atas paha kanannya kemudian mengacungkan jari telunjuknya.
عَنْ وَائِلٍ بْنِ حُجْرِ الْحَضْرَمِيِّ قال: فَلَمَّا قَعَدَ إِفْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى رُكْبَتِهِ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ حِدَّ مِرْفَقِهِ عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَعَقَدَ ثَلَاثِيْنَ وَحَلَّقَ وَاحِدَةً وَ أَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَابَةِ.
Artinya: diriwayatkan dariWail bin Hujrin al-Hadlrami ia berkata: …kemudian ketika Nabi duduk beliau menduduki kaki kirinya, meletakka tangan kirirnya di atas lutut kirinya, meletakkan ujung sikunya (siku tangan kanannya) di atas paha kanan, serta menggenggamnya seperti membuat angka tiga puluh dan mengacungkan jari telunjuknya.
Mencermati kedua hadis di atas, karena kata duduk dikaitkan denga tasyahhud tetapi dikaitkan dengan shalat, bahkan pada hadis nomor dua hanya dikatakan duduk secara umum, maka dipahami semua duduk, termasuk duduk di antara dua sujud, melakukan perbuatan mengacungkan jari telunjuknya.
Akan tetapi ditemukan hadis lain bahwa duduk tersebut adalah duduk dalam tasyahud, yaitu hadis:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا قَعَدَ يَدْعُوْ وَ ضَعَ يَدَهُ الْيُمْنٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُسْرٰى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلٰى إِصْبَعِهِ الْوُصْطٰى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرٰى رُكْبَتَهُ (رواه مسلم)
Artinya: diriwayatkan dari abdullah bin az-Zubair ia berkata: adalah Rasulllah saw jika duduk tasyahhud beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan tangan ki rinya di atas paha kirinya. Kemudian mengacungkan jari telunjuknya dengan posisi ibu jari diletakkan pada jari tengahnya semetara telapak kirinya diletakkan pada lutut kirinya. (HR. Muslim)
Kata kerja yad’u (يدعو) diartikan bertasyahhud
قاَلَ أَبُوْ حُمَيْدٍ, أَناَ http://findviagrapills.com/ أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ فاَفْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَ أَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنٰى عَلٰى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنٰى عَلٰى رُكْبَتِهِ الْيُمْنٰى وَ كَفَّهُ الْيُسْرٰى عَلٰى رُكْبَتِهِ الْيُسْرٰى وَ أَشَارً بِأَصْبُعِهِ يَعْنِى السَّبَابَةَ (رواه الترمذى)
وَ قَالَ أَبُو عِيْسٰى, هٰذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Artinya: Abu Humaid berkata: saya lebih menegtahui tentang shalatnya Rasulallah saw. bahwasanya Rasulallah saw duduk untuk bertasyahhud, beliau menduduki kaki kirirnya dan menghadapkan ujung jari kaki kanannya ke arah kiblat, meletakkan telapak tangan kanannya di atas lutut kanannya, telapak tangan kirinya di atas lutut kirinya serta mengacungka jarinya yakni jari telunjuk. (HR. at-Tirmidzi) Menurut Abu ‘Isa, hadis ini adalah hadis Hasan Shahih.
Kata duduk pada hadis no 1 dan 2 adalah muthlaq yakni dipahami semua duduk, termasuk duduk di antara dua sujud. Akan tetapi pada hadis no 3 dan 4, kata duduk dibatasi (litaqyid) dengan duduk untuk tasyahhud. Oleh karena muatan dari hadis-hadis di atas jika dilihat dari segi hukum dan sebabnya itu ternyata sama, maka menurut kaidah ushul fiqh, makna yang muthlaq dibawa kepada makna yang muqayyad. Sehingga duduk yang dimaksudkan dalam hadis itu adalah duduk untuk tasyahhud. Dengan demikian, berisyarat dengan telunjuk tidak terjadi pada duduk di antara dua sujud, tetapi terjadi pada dududk untuk tasyahhud.
syukron dan Alhamdulillah atas penjelasannyua
Tentang jari telunjuk saat tasyahud ada beberapa ikhwan yg menggerakkan telunjukknya, mohon penjelasan dan hadis yang mendasarinya, makasih