EtalaseFatwaProduk

BISMILLAH AYAT AL-QUR’AN DAN DIBACA KETIKA SALAT

BISMILLAH AYAT AL-QUR’AN DAN DIBACA KETIKA SALAT

Pertanyaan Dari:

R.J. Iskandar, Riau Periangan, Padang­ratu, Pos Bandarsari,

Lampung Tengah 34176

 

Tanya:

Saya dilahirkan di Tasikmalaya dan semula berasal dari keluarga dan berpendidikan Rooms Katholiek, tapi sejak tanggal 22-08-1952 saya berdomisili di Lampung. Kira-kira beberapa bulan sebelum saya pindah ke desa tempat domisili saya sekarang, karena hidayah dari Allah, saya mulai mengenal Islam dan sampai sekarang masih perlu belajar dan atas pertolongan Allah maka secara tidak terduga sama sekali saya mendapatkan guru, yaitu berupa sebuah buku yang berjudul “Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama” yang disusun oleh A. Hasan, tokoh/pendiri Persis. Tetapi layaknya manusia yang pengetahuannya terbatas, banyak hal-hal yang kurang saya fahami dan saya perlu bertanya. Adapun permasalahan yang saya tanyakan berkaitan dengan bacaan “Basmalah” diawal membaca al-Fatihah dikala salat, yang menurut A. Hasan diakhir uraiannya pada jilid I halaman 103 disebutkan sebagai berikut: “Pendeknya, al-Fatihah dan Bismillah yang termasuk di bilangan al-Fatihah itu wajib dibaca, maupun dengan nyaring ataupun tidak”. Pertanyaan yang timbul pada saya sekarang adalah:

  1. Apakah yang dimaksudkan dengan kalimat di atas berarti bahwa al-Fatihah itu terdiri dari tujuh ayat itu termasuk Bismillah?
  2. Apabila ya, apakah pendapat alm. A. Hasan itu tidak bertentangan dengan Hadis Qudsi dan Hadis Aisyah yang diriwayatkan Muslim?
  3. Apakah Q.S. 15 (surat al-Hijr) ayar 87 itu yang dimaksud adalah surat al-Fatihah?

Berikut saya kutipkan Hadis Qudsi dan hadis riiwayat Muslim dari Aisyah yang saya sebutkan di atas:

1- يَا ابْنَ آدَمَ أَنْزَلْتُ عَلَيْكَ سَبْعَ آيَاتٍ ثَلاَثٌ لِي وَثَلاَثٌ لَكَ وَوَاحِدَةٌ بَيْنِي وَبَيْنَكَ فَأَمَّا الَّتِي لِي اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ وَالَّتِي بَيْنِي وَبَيْنَكَ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ وَأَمَّا الَّتِي لَكَ اهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ اْلمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ [رواه الطبراني]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلاَةَ بِالتَّكْبِيرِ وَاْلقِرَاءَةَ بِاْلحَمْدِ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ [رواه مسلم]

Jawab:

Ketiga pertanyaan saudara akan kami jawab dalam bentuk satu paket sebagai berikut:

Surat al-Fatihah itu memang terdiri atas tujuh ayat. Hal itu sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw kepada Abu Said bin al-Mu’alla:

لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي اْلقُرْآنِ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ اْلمَثَانِي وَاْلقُرْآنُ اْلعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ [رواه البخاري]

Artinya: “Sungguh aku akan mengajarkan engkau surat yang paling agung dan surat-surat yang ada dalam al-Qur’an: Al-­Hamdulillahi rabbil ‘alamin, ia tujuh (ayat) yang di- ulang-ulang, al-Qur’an yang agung itu yang didatangkan-Nya kepadaku” [Hadis Riwayat al-Bukhari]

Hadis tersebut di atas dan juga beberapa hadis lainnya, termasuk hadis at-Tabrani dari Ubay yang saudara lampirkan itu menunjuk kepada yang dimaksud oleh firman Allah ayat 87 surat 15 (al-Hijr) yang saudara tanyakan itu, artinya tujuh ayat itu diulang-ulang dalam salat (juga dalam surat-surat lainnya).

Mengenai kedudukan “Basmalah’ (Bismillahirrahmanirrahim) itu sendiri apakah ia termasuk ayat dan surat al-Fatihah, di kalan­gan ulama ada tiga pendapat:

Pertama, sebahagian ulama (Maliki­yah) berpendapat bahwa “basmalah” bukan ayat dari surat al-­Fatihah, juga pada surat-surat lainnya, kecuali basmalah yang terletak di tengah-tengah surat an-Naml. Pendapat ini didukung oleh hadis-hadis Nabi saw antara lain hadis Anas ra, beliau berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ [رواه مسلم وأحمد]

Artinya: “Aku salat bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Usman ra, tidak aku dengar seorang pun dari mereka yang membaca bismillahirrahmanirrahim.” [Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad]

Juga termasuk riwayat Muslim dari Aisyah yang saudara lam­pirkan itu. Menurut pendapat ini (Malikiyah) tidak membaca basmalah, ketika membaca surat al-Fatihah di dalam salat. Tradisi ini terus dipertahankan di Makkah dan Madinah, imam salat tidak membaca basmalah ketika membaca al-Fatihah.

Kedua, pendapat lainnya (Hanafiyah), berpendapat bahwa basmalah itu suatu ayat tersendiri, bukan bagian ayat dari surat al-Fatihah dan juga surat-­surat yang lainnya, kecuali basmalah pada surat an-Naml. Mereka berdalil dengan hadis Abu Daud dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw tidak mengenal pemisahan surat sampai diturunkan kepadanya: Bismillahir-Rahmanir-Rahim. Menurut pendapat ini “basmalah” ditulis dalam mushaf menunjukkan bukti bahwa ia adalah ayat al-Qur’an tetapi bukan bahagian dari surat al-Fatihah. Sungguhpun demikian basmalah dapat dibaca dalam salat tetapi tidak nyaring.

Ketiga, yaitu pendapatnya Imam asy-Syafi’i. Bahwa berdasarkan penulisan basmalah dalam mushaf al-Qur’an dan berdasar sekian banyak hadis yang dinilainya sahih antara lain hadis Abu Hurairah dimana Nabi saw bersabda:

إِذَا قَرَأْتُمُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ فَاقْرَءُوا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَحَدُ أَيَتِهَا [رواه الدارقطني]

Artinya: “Apabila kamu hendak membaca al-hamduldlahi rabbil ‘alamin maka bacalah bismillahir-rahmanir-rahim. Sesung­guhnya dia itu adalah ummul-Qur’an, ummul-kitab dan as-sab’ul-masani dan bismillahir-rahmanir-rahim adalah salah satu ayatnya.” [Hadis Riwayat ad-Daruqutni]

Maka Imam asy-Syafii berpendapat basmalah bahagian (ayat pertama) dari surat al-Fatihah sehingga ia wajib dibaca ketika salat, meninggalkannya berarti tidak menyempurnakan bacaan al-Fatihah dan dengan demikian salat menjadi batal.

Pendapat-pendapat di atas yang ternyata masing-masingnya mempunyai alasan-alasan keagamaan dan masing-masing berusaha mengikuti tatacara yang dicontohkan Nabi saw yang diriwayatkan para sahabat beliau. Pengasuh Rubrik Fatwa Agama apabila disuruh memilih, kami cenderung untuk mengkompromikan antara hadis-hadis yang menjadi pegangan mereka itu, terutama hadis-hadis yang menjadi pegangan imam asy-Syafi’i yaitu hadis Abu Hurairah dengan hadis sahabat Anas ra, yang menjadi rujukan pokok pendapat imam Malik. Sahabat Anas tidak mendengar bahwa Nabi saw membaca “basmalah” dalam salat, itu tidak berarti bahwa Nabi saw tidak membaca “basmalah”, Boleh jadi Nabi saw membacanya tetapi tidak nyaring. Mengenai hadis Muslim dari ‘Aisyah yang saudara sebutkan itu menunjukkan bahwa ‘Aisyah menyebut satu ayat saja (alhamdu-lillahi-rabbil-alamin) untuk memendekkan pembicaraan. Andaikata ‘Aisyah menyebut permulaan surat “bismillahir-rahmanir-rahim” tentu tidak jelas surat mana yang dimaksudkan, karena semua surat kecuali surat at-­Taubah (Baraah) dimulai dengan basmalah. Mengenai hadis at-­Tabrani dari sahabat Ubay yang saudara lampirkan itu, juga tidak kita ketemukan tujuh ayat dalam surat al-Fatihah tanpa diikutkan dengan basmalah. Memang ada sementara ahli yang berpendapat bahwa sesudah lafaz “siratal-lazina an’amta ‘alaihim” dijadikan ayat keenam, lalu “gairil-magdubi ‘alaihim” dan seterusnya menjadi ayat ketujuh. Tetapi pandangan seperti ini bertentangan dengan kenyataan dalam Mushaf al-Qur’an di mana ayat-ayatnya khususnya dalam surat al-Fatihah menjadi tujuh ayat dengan “basmalah”. Jadi “basmalah” termasuk salah saw dari tujuh ayat surat al-Fatihah, hanya tidak wajib dinyaringkan pada salat yang nyaring bacaannya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button