Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Diundang dalam Kongres Internasional Penyatuan Penanggalan Islam 2016 di Turki
Kementrian Urusan Agama (Diyanet) Turki pada tanggal 28-30 Mei 2016 ini akan menyelenggarakan Kongres Internasional Penyatuan Penanggalan Islam. Kongres diadakan oleh Pemerintah Turki dengan melibatkan panitia yang terdiri dari ilmuwan syariah dan falak dari tujuh negara, yaitu USA, Mesir, Turki, Suriah, Jordan, Qatar dan Eropa.
Menurut web resmi Kongres, http://www.hijritaqwim.com/, panitia telah menyeleksi dengan sangat ketat setiap paper yang masuk. Panitia memberikan syarat khusus bagi siapa saja yang berminat mengikuti Kongres tersebut agar terlebih dahulu menulis makalah dan menyertakan satu konsep kalender pemersatu.
“Usulan makalah yang dikirim harus sejalan dengan fakta-fakta ilmu astronomi dan hukum Islam, data yang digunakan dalam makalah dan motodologi yang dipakai harus diuraikan secara jelas. Selain itu usulan makalah harus mengandung satu konsep kalender hijriah yang dapat digunakan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap tim panitia seperti dilansir dilansir pula oleh astronomycenter.net, Jumat (13/5/2016).
Konsep yang digunakan dalam Kongres ini bukanlah presentasi orang perorang, melainkan semacam review bersama terhadap gagasan-gagasan dari seluruh paper yang diterima. Diharapkan pertemuan ini sudah sampai pada pembicaraan mengenai alternatif dan kriteria kalender yang akan digunakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia.
“Jadi dari paper-paper yang diterima itu diambil saripatinya kemudian dijadikan satu rumusan kalender. Rumusan inilah yang nanti akan dibahas dalam konferensi tersebut. Jadi modelnya bukan presentasi orang perorang.” terang Syamsul Anwar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kamis (20/5/2016) di kediamannya.
Kongres akan berlangsung dalam enam bahasa, yaitu Arab, Inggris, Spanyol, Jerman, Rusia dan Turki. Syamsul Anwar sendiri menurut keterangannya telah mengirim makalah yang berjudul al-Tawajjuh Naḥwa Tauḥīd al-Taqwīm ‘inda al-Muslimīn wa Ahammiyah al-Sīghah al-Aḥādiyyah (Jalan Kearah Penyatuan Penanggalan Bagi Umat Islam dan Pentingnya Bentuk Kalender Islam Pemersatu).
Dalam Kongres yang akan dilaksanakan pada tanggal 28-30 Mei 2016 ini, Syamsul Anwar akan menjadi menjadi salah satu dari sepuluh orang yang menjadi pembahas konsep Kalender Hijriyah Global .
“Yang saya tahu paper tentang rancangan kalender yang diterima untuk dikonferensikan seluruhnya ada sepuluh. Jadi memang tidak banyak,” ungkap Syamsul Anwar.
Kongres ini adalah pertemuan yang sangat strategis bagi upaya mencari solusi untuk problem perbedaan waktu puasa dan hari raya yang terjadi di negara-negara muslim, termasuk Indonesia. Muhammadiyah sendiri sudah cukup lama memiliki konsen ke arah penyusunan dan penyatuan konsep Kalender Hijriyah Global. Pada tahun 2007, Muhammadiyah turut hadir dalam Temu Pakar untuk Perumusan Kalender Hijriyah Global yang diadakan oleh ISESCO di Rabat, Maroko.
Pada tahun 2015 Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid juga telah menerbitkan buku yang berjudul Unifikasi Kalender Hijriyah. Bahkan pada Muktamar ke-47 di Makassar tahun lalu, masalah penyatuan kalender juga menjadi salah satu poin rekomendasi dalam Isu-isu Strategis Keumatan.
Bagi Muhammadiyah, kehadiran kalender yang bersifat menyatukan adalah PR besar umat Islam. Muhammadiyah meyakini bahwa Kalender Pemersatu adalah hutang peradaban yang tidak bisa ditunda-tunda lagi kehadirannya. (Alm/Rf)
Saya tunggu-tunggu hasilnya kalender hijriyah yang berlaku lobal, sudah sering ada kongres tapi belum terwujud juga kaender hijriyah global. Tapi kalau masing-masing kokoh dengan pendapatnya sendiri seperti Muhammadiyah dengan wujud hilal dan NU dengan Rukyat dan hanya bersifat negara-negara/matla-matla, selamanya tidak akan terwujud kalender hijriyah.