MENYAMBUT IDULFITRI 1443 H
Majelis Tarjih dan Tajdid
Alhamdulillah puasa Ramadan 1443 H telah berakhir pada hari Ahad, 1 Mei 2022 M. Semoga ibadah kita selama satu bulan penuh yang baru saja berlalu dilipatkangandakan pahalanya oleh Allah swt dan semoga membawa berkah kepada kita semua.
Patut kita syukuri bahwa pada tahun ini kita dapat merayakannya bersama-sama. Pemerintah melalui sidang isbat baru saja mengumumkan penetapan bahwa Idulfitri tahun ini jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022 M. Sementara itu, sebagaimana telah diketahui luas, Muhammadiyah telah memutuskan jauh hari sebelumnya jatuhnya hari raya Idulfitri tahun 1443 H pada hari Senin, 2 Mei 2022 M. Dengan demikian umat Islam dapat melakukan selebrasi hari besar Islam tersebut secara serentak di seluruh Indonesia.
Namun apabila terjadi perbedaan di suatu ketika, maka harapannya adanya perbedaan itu tidak mengurangi makna ukhuwah keislaman dan kebangsaan kita. Mari kita tetap bersabar hati, berlapang dada, saling bertoleransi dan saling menghormati satu sama lain dalam menjalankan hak konstitusionalnya untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dan dalam hal ketidaksamaan jatuhnya hari raya itu di saat lain kepada pemerintah diharapkan untuk mengayomi dan memberi peluang yang sama terhadap semua komponen masyarakat guna menjalankan ibadahnya sesuai dengan pandangan yang diyakininya.
Memang kesamaan jatuhnya hari-hari besar umat Islam itu merupakan keinginan kita semua. Bahkan kesamaan tersebut adalah suatu yang imperatif baik secara kegamaan maupun sosial, dan terjadinya perbedaan itu tentu hal yang kita semua tidak menghendakinya. Namun hingga kini kita belum dapat mencapai titik temu tentang dasar penyatuan sistem penanggalan Islam kita. Penanggalan Islam mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sivil-administratif dan fungsi relijius, yaitu menyatukan jatuhnya hari-hari ibadah dan hari-hari besar Islam tepat pada momen yang sebenarnya. Fungsi sivil-administratif sudah tidak efektif lagi karena dalam kehidupan sivil dan administratif serta sosial kita, fungsi tersebut telah diambil alih oleh kalender Gregorian. Jadi kini tinggal fungsi relijius, yakni sebagai sarana tata waktu Islam guna menyatukan jatuhnya hari-harti ibadah kita.
Dalam agama kita ada satu macam ibadah yang pelaksanaannya dilakukan di suatu tempat, tetapi waktunya terkait dengan terjadinya peristiwa di tempat lain yang boleh jadi jauh. Itu adalah ibadah puasa sunat Arafah. Ibadah ini dilaksanakan di suatu tempat seperti di Indonesia, misalnya, tetapi waktunya terkait dengan peristiwa wukuf jamaah haji di Padang Arafah, Mekah. Ini artinya sistem penanggalan (kalender) Islam itu harus bersifat lintas kawasan, dengan kata lain bersifat global, sehingga jatuhnya tanggal 9 Zulhijah yang merupakan hari Arafah itu sama di seluruh tempat atau bagian dunia sehingga semua umat Islam di berbagai tempat yang jauh dapat melaksanakannya tepat pada momen sebenarnya.
Inilah semestinya dasar utama pembuatan sistem penentuan kalender Hijriah yang perlu kita fikirkan bersama, dan ini pula tantangan bersama kita ke depan. Permasalahan penentuan sistem waktu Islam tidak hanya sekedar bagaimana mencari kriteria awal bulan. Ini hanyalah sebagian saja dari permalahan. Masalahnya jauh lebih kompleks. Kita dituntut untuk dapat merumuskan prinsip-prinsip dan syarat-syarat penanggalan Islam yang sesuai dengan ketentuan syariah dan kaidah ilmu pengetahuan. Kemudian berdasarkan itu baru dirumuskan kriterianya sehingga terwujud sistem penanggalan Islam yang akurat dan fungsional.
Mari kita bekerja terus melakukan upaya pengkajian untuk mewujudkan suatu sistem kalender Islam yang unifikatif yang dapat menjatuhkan hari-hari ibadah Islam tepat pada momennya yang sebenarnya. Di samping itu mari pula kita mengedukasi masyarakat kita tentang apa kalender unifikatif itu, bagaimana bentuknya dan apa arti pentingnya. Mudah-mudahan kita dapat mencapai yang demikian itu di bawah keikhlasan bekerja dan melakukan pengkajian.
Akhirnya perkenankan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengucapkan Selamat Idulfiti 1443 H kepada seluruh kaum Muslimin, mohon maaf lahir dan batin, تقبل الله منكم صيامكم وجميع صالح أعمالكم . Semoga ibadah puasa kita membawa banyak berkah dan menjadi sumber kekuatan spiritual bagi kita untuk memajukan kehidupan bangsa kita dan melakukan pembangunan untuk kesejahteraan bersama kita semua. Amin.
One Comment