EtalaseProdukWacana

PERINTAH ALLAH UNTUK MENEGAKAN AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR SECARA BERJAMA’AH Tafsir Surat Al Imran 104 dan 105

PERINTAH ALLAH UNTUK MENEGAKKAN AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR SECARA BERJAMAAH
Tafsir Surat Al ‘Imran 104 dan 105

 

Oleh: Arif Mahfuz.S.Sy

Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sumatera Selatan

Calon Hakim Peradilan Agama Mahkamah Agung RI

 

Surat Al ‘Imran ayat 104 dan 105:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ
(وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (105

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (104). Dan janganlah kamu menyerupai orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat (105).

Landasan pokok dalam dakwah jamaah

Pada pembahasan ayat sebelumnya pada surat Al ‘Imran ayat 102 Allah memerintahkan kita untuk bertakwa kepada Allah dengan taqwa yang sesungguhnya, kemudian pada ayat 103 setelah kita bertakwa secara individual Allah memerintahkan kita untuk bersatu dalam ikatan ukhuwah Islamiyyah setelah Allah menumbuhkan rasa cinta kasih sesama umat islam yang menjadikan kita saudara seiman, sehingga tidak ada lagi permusuhan diantara kita, setelah semua individu meningkatkan ketaqwaan masing-masing dan tercipta rasa persaudaraan sesama umat Islam, kemudian pada ayat 104 Allah memerintahkan kepada kita yang telah terikat kuat dalam ukhuwah Islamiyyah ini secara berjamaah/bersama-sama menyerukan umat manusia yang lain guna melaksanakan perbuatan yang ma’ruf dan menjahui serta memberantas kemunkaran yang terjadi. Jika ketiga unsur ini telah ada dalam satu kelompok maka terbentuklah apa yang disebut dengan umat yang kuat yang kokoh dalam menegakan amar ma’ruf dan nahi munkar.

Perintah berdakawah kepada kebaikan serta amar ma’ruf

Barometer yang menjadi alat ukur amar ma’ruf dan nahi munkar adalah Allah dan Rasulullah yang berdasarkan pada Al Qur’an dan Sunnah, bukan adat istiadat, etika maupun pandangan orang banyak, karena perintah amar ma’ruf adalah perintah guna menegakkan tauhid dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW serta menegakkan syaria’t yang diciptakan Allah SWT yang termaktub dalam Al Qur’an, adapun berdakwah menuju kebaikan bermakna berdakwah agar terwujudnya perdamaian serta sikap ihsan sesama manusia. Pada akhir ayat ini Allah menjanjikan terhindarnya golongan ini dari murka dan adzab Allah di hari kiamat kelak. Inilah maksud dari golongan yang beruntung pada akhir ayat ini.

Perintah Allah umtuk mencegah dan melarang kemungkaran

Perbuatan Munkar yang terjadi pada umat Islam juga diukur dengan barometer Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, kemungkaran dapat berupa kekafiran, perbuatan syirik serta meninggalkan ajaran dan Sunnah Rasulullah Saw baik bersifat menjauhkan dari sunah maupun membenci sunah Rasulullah SAW, yang dinamakan kemungkaran adalah setiap perbuatan dan kejadian yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah, baik bertentangan secara langsung maupun menjauhkan secara perlahan dari Al Qur’an dan Sunnah ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW yang terdapat pada sahih muslim dari Abu hurairah:
Barang siapa yang melihat kemunkaran maka cegahlah dengan tangannya jika tidak sanggup maka dengan lidahnya dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya itulah selemah lemahnya iman

Larangan dan Ancaman keras bagi yang berpecah belah dalam Agama Allah

Ditinjau dari siyaqul kalamnya (susunan bahasanya) ayat ke 105 pada surah ini berbentuk larangan yang diikuti permisalan serta diakhiri ancaman, jika demikian bentuk ayatnya maka ayat ini merupakan larangan yang sangat keras karena Allah telah menyediakan balasan langsung bagi siapa saja telah yang melanggar apa yang telah dilarang oleh Allah.

Allah melarang kita berpecah belah dalam agama. Maksud berpecah belah di sini adalah seperti berpecah belahnya umat terdahulu, seperti golongan Yahudi dan Nasrani yang sesat serta kafir setelah terpecah belah dalam agamanya, padahal Allah telah memberikan keterangan berupa Al Qur’an dan Sunnah, terpecah belah di sini seperti meragukan kebenaran Al Qur’an serta meyakini terdapat hukum yang lebih baik selain Al Qur’an, serta menyalahi Sunnah Rasulullah SAW, karena Al Qur’an dan Sunnah merupakan dasar hukum/dalil yang tidak dapat disalahkan serta tidak pernah salah yang bersifat absolut.

Pada akhir ayat ini Allah mengancam siapa saja yang memecah belah agama, dengan mendatangkan dalil tandingan maupun menyalahkan apalagi menginjak-injak syaria’t serta sunah Rasulullah SAW sehingga membuat umat Islam saling bermusuhan dan terbagi-bagi, sehingga kemudian lebih mendahulukan pemikiran orang lain selain Al Qur’an dan Sunnah, padahal pandangannya jelas menyalahi Al Qur’an dan Sunnah, maka dalam hal ini Allah akan mengadzab orang-orang ini baik di dunia maupun di akhirat kelak dengan adzab yang pedih. Wallau A’lam.

*Artikel ini adalah artikel keislaman. Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis dan tidak selalu mencerminkan pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button